MONDE--Praktisi pendidikan dari PT Technomedia Interkom Cemerlang, Ucu Komarudin, menyebut tanpa adanya teknologi pendidikan atau edutech, kampus swasta sulit meningkatkan layanan pendidikan.
“Tanpa adaptasi edutech, ribuan kampus swasta akan sulit meningkatkan mutu layanan mereka kepada mahasiswa di tengah tren digitalisasi. Pada sisi lain, pengajar juga akan terus terjebak dalam pekerjaan administrasi dan sulit meningkatkan kualitas Tri Dharma Perguruan Tinggi," ujar Ucu dalam keterangan tertulisnya, Jumat (19/8/2022).
Edutech merupakan sistem pendidikan modern yang mengacu pada penggunaan piranti keras dan piranti lunak. Platform itu dirancang untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran di ruang kelas serta meningkatkan hasil pendidikan.
Dari hasil implementasinya di berbagai kampus, kata Ucu, edutech mampu mengurai beragam permasalahan kurikulum serta menyederhanakan sistem administrasi pendidikan hanya dalam satu platform digital.
Ucu memaparkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengungkapkan fakta pada tahun ajaran 2021/2022 di Indonesia terdapat 8.956.184 mahasiswa yang aktif kuliah di 3.115 perguruan tinggi di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Dari 3.115 kampus itu, lebih dari 90 persen atau 2.990 kampus berstatus Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dan selebihnya adalah Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Namun dari jumlah PTS yang dominan tersebut, hanya sedikit PTS yang terakreditasi A.
“Salah satu masalah yang kami dapati adalah ketidakmampuan PTS melakukan adaptasi digital. Sampai saat ini, digitalisasi masih dimaknai pengajaran menggunakan aplikasi komunikasi, menggunakan audio video, tetapi belum mengintegrasikan pada seluruh sistem perguruan tinggi,” katanya.
Padahal, kata Ucu, dengan mengintegrasikan seluruh perangkat keras dan perangkat lunak komputer perguruan tinggi menggunakan edutech, akan tercapai efisiensi manajemen data yang memudahkan perguruan tinggi, dosen dan mahasiswa
“Nah, sekarang ini tantangannya adalah PTS di Indonesia yang jumlahnya ribuan dan harus terhubung dengan Kemendikbudristek masih menggunakan beragam aplikasi yang membuatnya tidak terintegrasi antara satu dengan yang lain,” paparnya.
Ucu menjelaskan dari kerja sama antara Edufecta dengan Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) yang memiliki ribuan kampus swasta, dapat berperan nyata dalam membantu percepatan digitalisasi tersebut.
Direktur Utama TECH, Billy Andrian menjelaskan sejauh ini pihaknya memposisikan diri sebagai pemain big data enabler di Indonesia. Sebagai emiten berbasis teknologi digital, TECH tidak hanya fokus pada pengembangan bisnis digitalisasi pendidikan saja. "Kami juga memiliki portofolio produk yang melayani business to business (B2B) seperti Renofax, KAWN, PingPoint, Lokamedia dan beberapa platform digital lainnya," kata Billy.
Plt Dirjen Diktiristek Kemendikbudristek, Prof Nizam mengatakan saat ini teknologi pendidikan berperan besar dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kampus.
Oleh karenanya, pihaknya mendukung kerja sama yang dilakukan kampus swasta dengan industri dalam meningkatkan mutu pendidikan.(ant)