MONDE--Ribuan warga Moldova berunjuk rasa di ibu kota Chisinau, Minggu (25/9/2022), menuntut Presiden Maia Sandu untuk mengundurkan diri dari jabatannya setelah dinilai gagal mengatasi inflasi tinggi dan kenaikan harga energi akibat perang Ukraina.
Berdasarkan laporan Reuters, sekitar 5.000 orang melakukan aksi unjuk rasa di luar kediaman Presiden Maia Sandu.
Para demonstran meneriakkan “Turunkan Maia Sandu”.
Ketegangan politik meningkat di Moldova dalam beberapa bulan terakhir karena harga gas melonjak menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
Moldova, sebuah negara kecil di Eropa Timur yang berbatasan dengan Ukraina dan Rumania, mengalami kesulitan ekonomi akibat tingginya harga energi.
Aksi unjuk rasa yang dipimpin oleh partai oposisi Shor itu merupakan aksi demonstrasi yang terbesar sejak Maia Sandu memenangi pemilihan umum pada 2020.
Namun aksi demonstrasi tersebut tidak menimbulkan ancaman langsung bagi presiden dan pemerintahannya.
Presiden Sandu dalam berbagai kesempatan berulang kali mengutuk tindakan Rusia di Ukraina.
Ia mendorong keanggotaan Uni Eropa, yang telah memberikan banyak bantuan kepada negara bekas Soviet itu.
Para kritikus mengatakan bahwa Presiden Sandu seharusnya menegosiasikan kesepakatan gas yang lebih baik dengan Rusia, pemasok utama Moldova.
Pada Jumat (23/9), regulator gas Moldova menaikkan harga sebesar 27 persen untuk konsumsi rumah tangga.
Perdana Menteri Natalia Gavrilita mengatakan dia fokus membantu mereka yang berpenghasilan rendah.
"Masalah negara dan rakyat tidak bisa diselesaikan di jalanan," tulisnya di situs berita point.md.
"Kami mencoba memecahkan masalah orang-orang yang paling membutuhkan." kata Gavrilita.
Para pengunjuk rasa telah bersumpah untuk mengadakan demonstrasi setiap Minggu sampai Presiden Maia Sandu dan Perdana Menteri Natalia Gavrilita mengundurkan diri dari jabatannya.(reuters)