Politik Santuy dan Komitmen Ustaz Qurtifa

Setiap dana aspirasi saya kembalikan untuk kebutuhan lingkungan mereka.

Politik Santuy dan Komitmen Ustaz Qurtifa
Qurtifa Wijaya Caleg DPRD Provinsi Jawa Barat dari PKS Dapil VIII Kota Depok-Bekasi.

MONDE - Orangnya biasa saja. Tampilannya sederhana. Tidak parlente. Tidak kelihatan sebagai anggota dewan. Dia sangat humble dan supel. Santuy kata anak Generasi Z.

Suatu kebahagiaan bagi saya duduk santai bersama Ustaz Qurtifa Wijaya. Di salah satu sudut Grand Depok City, Senin (8/1) malam. Dia anggota DPRD Kota Depok dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Kami ngobrol yang ringan-ringan, meski suhu politik lagi memanas. Terlebih sehari setelah debat Capres yang menyinggung soal etika dan etik.

Kami tak mengupas soal debat capres. Ustaz Qurtifa tampaknya tak tertarik mengupasnya. Saya juga tak menggiring ke arah sana. 

Obrolan kami mengalir apa adanya.  Kami lebih banyak bicara diluar politik. Ustaz Qurtifa mengaku mencermati tulisan-tulisan olahraga saya yang acap di share di Wags Depok.

"Saya suka baca tulisan bang Sur terutama soal sepak bola," ujar Qurtifa membuka pembicaraan.

DNA wartawan saya memang olahraga. Tapi, sering bertemu orang politik. Rerata petinggi olahraga kalau tidak pengusaha, jenderal, ya orang politik.

Bertemu Qurtifa, rasa-rasanya seperti bertemu teman lama. Meski ini pertemuan pertama dan kami baru saling kenal. Tapi, saya merasakan tak ada sekat. Mengalir begitu saja. Sesekali diselingi canda dan tawa.

Saya juga sempat menggodanya dengan pertanyaan yang menggelitik. "PKS 10 tahun terakhir acap jadi pemenang di lingkungan saya tinggal, tapi tidak ada kontribusi pembangunan dari kader PKS. Kenapa ya ?

Ustaz Qurtifa tampak tenang menjawab pertanyaan saya. “Itu tak seharusnya terjadi. Saya selalu berkomitmen untuk konstituen di dapil saya,” jawabnya.

Saya merasakan berbeda dengan kebanyakan orang politik yang saya temui. Saya yakini kader PKS ini orang baik. Tidak suka mempolitisi situasi. Saya bisa merasakan getaran isi hatinya.

Qurtifa tak menghabiskan waktunya hanya untuk politik. Dia juga aktif mengolah kebugarannya. Meski tidak muda lagi, dia masih rutin bermain bola. Tiap minggu bersama komunitasnya.

"Tiap minggu saya masih main bola di Stadion Merpati bersama komunitas. Saya juga ikut membantu Sekolah Sepak Bola di Depok dan menggelar beberapa turnamen," ujar pria yang sudah 20 tahun jadi anggota DPRD Depok ini.

Politik dan olahraga adalah dua kutup yang berbeda. Tapi, Qurtifa mampu menyatukannya menjadi sebuah kesenangan. Dia sangat memahami marwah olahraga. Jika takdir boleh memilih rasa-rasanya dia lebih condong ke olahraga.

"Olahraga menyehatkan tubuh dan pikiran serta menjunjung tinggi sportivitas. Jika DNA ini diresapi, berpolitik pun akan sehat," tuturnya.

Qurtifa menyadari politik bukan untuk saling mencaci satu sama lain. Tidak perlu menghalalkan segala cara demi syahwat ambisi. Politik harus dilakoni dengan santun dan kesenangan. Layaknya dia menikmati permainan sepak bola.

Sikap sportivitas itu membuat dia mendapat simpati dari konstituennya di Dapil Tapos-Cilodong. Terbukti 4 kali dia duduk sebagai anggota dewan di Kota Depok. Hingga hari ini duduk di Komisi B.

"Konstituen itu harus dibina karena telah memberikan amanah kepada saya. Setiap dana aspirasi saya kembalikan untuk kebutuhan lingkungan mereka," ungkapnya.

Qurtifa membuktikan bukan kacang lupa kulit. Dia selalu menyerap aspirasi warga. Tanpa dukungan warga diakui dirinya tidak seperti saat ini.

Kini, Qurtifa ditugaskan partainya untuk maju ke DPRD Provinsi Jawa Barat. Dia dislot ke Dapil VIII dengan nomor urut 7. Dapil ini memiliki jumlah kursi 11.

"Bismillah semoga saya dipercaya masyarakat untuk melangkah ke Jawa Barat," ungkap Qurtifa Wijaya. 

Saking asyiknya ngobrol, kami sampai diingatkan pelayan kafe. "Maaf pak, kami mau tutup," imbuhnya.

Malam yang pendek itu terasa bermakna bagi saya. Ketika Qurtifa berlalu, saya masih sendiri di muka kafe memandangi indahnya malam. Sambil mengulik catatan di kepala saya soal politik santuy dan kesenangan Qurtifa.*