Kurangi Sampah Organik, 200 Keluarga di Jatijajar Budidaya Maggot

Program ini berkolaborasi dengan PT Biomagg, yang mendukung pengelolaan sampah secara mandiri oleh warga.

Kurangi Sampah Organik, 200 Keluarga di Jatijajar Budidaya Maggot
Warga Jatijajar memanen ulat maggot. Foto: dok.Kelurahan Jatijajar

MONDE--Sebanyak 200 keluarga di Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos, Kota Depok, terlibat dalam budidaya maggot sebagai upaya pengelolaan sampah organik.

Program ini merupakan hasil kolaborasi dengan PT Biomagg, yang mendukung pengelolaan sampah secara mandiri oleh warga.

Upaya ini diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang biasanya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung.

Lurah Jatijajar, Mujahidin, menjelaskan bahwa pengelolaan sampah organik dengan maggot kini menjadi fokus utama di wilayahnya.

"Saat ini, Jatijajar tidak lagi menyuplai sampah organik ke TPA Cipayung. Sampah organik yang dihasilkan warga sudah dikelola melalui budidaya maggot," kata Mujahidin, Jumat (27/9/2024)

Program ini dijalankan dengan dukungan PT Biomagg, yang memberikan bantuan berupa biobox dan bibit maggot gratis kepada warga.

Setiap biobox mampu menghasilkan sekitar 5 kilogram maggot dalam waktu 21 hari. Warga yang terlibat dalam program ini mendapatkan upah sebesar Rp4.000 per kilogram hasil panen maggot.

"Tugas warga hanya memanen maggot, sementara pihak Biomagg secara rutin memonitoring proses pengelolaan maggot dan memberi pendampingan terkait pemberian makan serta pemilahan sampah," jelas Mujahidin.

Antusiasme warga terhadap program ini cukup tinggi. Beberapa keluarga bahkan memiliki lebih dari satu biobox.

"Ada warga yang memiliki 5 hingga 6 box. Saat ini ada sekitar 200 keluarga yang terlibat, dan total terdapat 200 box maggot," tambahnya.

Ke depan, Lurah Jatijajar berencana untuk meningkatkan skala program ini dengan membangun rumah maggot berkapasitas 100 box.

"Kami sudah berdiskusi dengan pihak PT. Biomagg, dan mereka siap membantu pembiayaan untuk pembangunan rumah maggot. Warga sangat antusias menyambut hal ini," katanya.

Program budidaya maggot ini tersebar di sembilan RW di Kelurahan Jatijajar. Warga memanfaatkan sisa makanan dari dapur mereka sebagai pakan maggot.

Beberapa warung makan di sekitar Jatijajar juga ikut berpartisipasi dengan tidak lagi membuang sisa makanan ke tempat lain, melainkan langsung memanfaatkannya untuk budidaya maggot.

"Warga sudah paham bagaimana memilah sampah organik, sehingga tidak ada sampah yang basah dan berbau. Hasilnya, lingkungan sekitar tetap bersih dan nyaman," pungkas Mujahidin.

Program budidaya maggot ini diharapkan tidak hanya menjadi solusi bagi pengelolaan sampah organik, tetapi juga menjadi sumber pendapatan tambahan bagi warga Jatijajar.*