Krisis di Peru Berlanjut, 5 Demonstran Tewas
MONDE--Seorang pria di Lima meninggal pada Sabtu dan beberapa orang lainnya dirawat di rumah sakit saat bentrokan antara demonstran dan polisi di seluruh Peru memasuki pekan ke-8 akibat krisis politik.
Kematian pria bernama Victor Santisteban Yacsavilca (55 tahun) itu menambah jumlah kematian menjadi 58 orang selama protes yang dimulai pada awal Desember menyusul pemakzulan dan penangkapan presiden saat itu, Pedro Castillo.
Gelombang protes tersebut pada awalnya terjadi di daerah pedesaan dan pegunungan selatan Peru, tetapi telah menyebar ke ibu kota negara itu dalam beberapa pekan terakhir.
Protes-protes pada Sabtu itu kebanyakan terjadi di Lima dan daerah selatan Cusco, kata ombudsman Peru dalam pernyataannya.
Santisteban mengalami cedera kepala parah, kata badan asuransi kesehatan nasional dalam pernyataannya.
Beberapa protes tereskalasi saat demonstran, yang bersenjatakan batu dan tameng buatan, bentrok dengan polisi yang menggunakan gas dan peluru karet.
Ombudsman Peru mengutuk laporan tentang serangan terhadap wartawan yang meliput protes-protes tersebut.
Presiden Dina Boluarte mengutarakan penyesalannya setelah Kongres Peru menolak untuk mempercepat pemilihan presiden di tengah krisis tersebut, kata kantornya, Minggu (29/1/2023)
Para anggota parlemen telah memberikan persetujuan awal agar pemilihan pada 2026 dipercepat ke 2024, tetapi pada Jumat mereka memutuskan untuk menolak usulan agar pemilihan digelar tahun ini.
Boluarte telah berkali-kali menegaskan dukungannya pada percepatan pemilihan saat dia mengalami kesulitan untuk menenangkan demonstran yang menyerukan pengunduran dirinya.
Sebuah mosi untuk mempercepat pemilihan hingga April 2024 telah disetujui dalam sebuah pemungutan suara dan pemungutan suara terakhir akan dilakukan pada Februari. Kongres akan melanjutkan perdebatan pada Senin.
Pada Jumat, Boluarte mengatakan pemilihan presiden dapat dilakukan tahun ini.
"Kami mendesak para anggota parlemen untuk mengesampingkan kepentingan partisan dan kelompok mereka dan memprioritaskan kepentingan Peru terlebih dahulu," kata kantor Boluarte melalui Twitter.
"Rakyat kita menunggu sebuah respons yang jelas, yang akan memberikan jalan keluar dari krisis politik ini dan membangun perdamaian sosial," lanjutnya.
Boluarte, yang dilantik setelah pemecatan Castillo, mengatakan bahwa dia akan tetap menjadi presiden hingga pemilihan berlangsung.(reuters)