Kelompok Bersenjata di India Tembaki Wisatawan, 26 Orang Tewas

kejadian itu memaksa PM India, Narendra Modi, mempersingkat kunjungannya ke Arab Saudi.

Kelompok Bersenjata di India Tembaki Wisatawan, 26 Orang Tewas
Foto: Ist

MONDE--Sedikitnya 26 orang tewas ketika sekelompok pria bersenjata tak dikenal melepaskan tembakan ke arah wisatawan di wilayah Kashmir yang dikelola India, Selasa (22/4/2025).

Kejadian itu memaksa Perdana Menteri India, Narendra Modi, mempersingkat kunjungannya ke Arab Saudi, demikian disampaikan sejumlah pejabat kepada Anadolu.

Modi tiba di Jeddah pada Selasa dini hari untuk kunjungan kenegaraan selama dua hari, namun pejabat India mengonfirmasi bahwa ia akan kembali lebih awal pada Rabu (24/4).

Insiden penembakan terjadi di kawasan Baisaran, Pahalgam, sebuah tujuan wisata populer di wilayah selatan Kashmir yang hanya dapat diakses dengan berjalan kaki, dan biasanya ramai dikunjungi saat musim wisata. Pihak berwenang menyebut serangan ini sebagai salah satu yang paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir.

"Tim medis segera dikerahkan dan proses evakuasi korban langsung dilakukan," ujar militer India, seraya menambahkan bahwa operasi pencarian bersama dengan polisi "sedang berlangsung, dengan semua upaya difokuskan untuk menangkap para pelaku.”

Sebagian besar korban diketahui merupakan warga negara India dari berbagai negara bagian, meskipun otoritas belum mengumumkan rincian lebih lanjut terkait identitas para korban.

Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah, langsung bertolak ke Srinagar usai memberikan laporan kepada Modi terkait insiden tersebut, dan bertemu dengan para pejabat keamanan setempat.

Serangan itu terjadi bertepatan dengan kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance, yang tengah melakukan lawatan selama empat hari di India. Ia juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.

Presiden AS Donald Trump dilaporkan juga langsung menghubungi Modi tak lama setelah serangan terjadi, untuk menyampaikan "belasungkawa terdalam”atas jatuhnya korban jiwa dari warga sipil, menurut keterangan dari Kementerian Luar Negeri India.

Wilayah Himalaya yang diklaim sepenuhnya baik oleh India maupun Pakistan namun dikuasai sebagian-sebagian oleh masing-masing negara, telah lama dilanda siklus kekerasan sejak pecahnya pemberontakan bersenjata anti-India pada tahun 1989. Kendati demikian, serangan terhadap wisatawan tergolong jarang terjadi.

Pada Juni tahun lalu, sebuah serangan terhadap bus yang mengangkut peziarah Hindu menyebabkan kendaraan tersebut jatuh ke jurang dan menewaskan sedikitnya sembilan orang.

India mencabut status khusus Kashmir pada tahun 2019, dan membagi wilayah tersebut menjadi dua wilayah administrasi federal -- Jammu dan Kashmir, serta Ladakh.

Sejumlah organisasi di Jammu dan Kashmir menyerukan aksi mogok massal pada Rabu sebagai bentuk protes atas pembunuhan tersebut.

"Umat Islam Jammu dan Kashmir melalui Mutahida Majlis Ulema, sebagai bentuk dukungan dan solidaritas terhadap keluarga korban, menyerukan masyarakat Jammu dan Kashmir untuk melakukan protes damai atas kejahatan keji itu melalui aksi tutup kegiatan besok," ujar Mirwaiz Umar Farooq, ulama tertinggi di Kashmir, dalam sebuah pernyataan.(Anadolu)