Kasus ISPA Meningkat Tajam, Dinkes Depok Siapkan 'Jurus' Ini

jika dibandingkan dengan bulan lalu, kasus ISPA di Depok saat ini mengalami peningkatan, dengan jumlah kasus sebanyak 8.698 kasus.

Kasus ISPA Meningkat Tajam, Dinkes Depok Siapkan 'Jurus' Ini
Ilustrasi

MONDE--Dalam enam bulan terakhir ini kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) angkanya terus mengalami peningkatan, utamanya di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Penyebabnya adalah buruknya kualitas udara.

Guna mengantisipasi peningkatan kasus ISPA, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok telah menyiapkan sejumlah langkah, serta menggencarkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, termasuk mengaktifkan kembali Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

"Kami selalu melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat melalui penyuluhan, membuat flyer-flyer, menyarankan penggunaaan masker, serta mengaktifkan lagi Germas dan PHBS, sehingga masyarakat terhindar dari ISPA," ungkap Kepala Dinkes Kota Depok, Mary Liziawati.

Dia mengakui jika dibandingkan dengan bulan lalu, kasus ISPA di Depok saat ini memang mengalami peningkatan cukup tinggi, dengan jumlah kasus sebanyak 8.698 kasus. Rinciannya, pneumonia pada balita 182 kasus, pneumonia berat 0 kasus, bukan pneumonia pada balita 4.969 kasus, non pneumonia pada usia lebih dari lima tahun 3.480 kasus, serta pneumonia lebih dari usia lima tahun 67 kasus

"Ini data bulan Agustus. Jadi memang ada peningkatan dari bulan Juli sebesar 60 persen. Tapi apakah ini karena polusi udara, kita belum bisa memastikan karena kasus ISPA bisa karena infeksi virus, bakteri atau alergi. Tapi kita akan pantau secara ketat," katanya.

"Ketika memang kualitas udaranya memburuk dan terus terjadi peningkatan kasus yang signifikan, kami akan laporkan ke pimpinan untuk menjadi bahan evaluasi dan kebijakan lebih lanjut," katanya lagi.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Mary Liziawati. Foto: Diskominfo

Meski begitu, lanjut Mary, kasus-kasus yang diderita masih dalam kategori ringan. Namun pihaknya telah menyiapkan langkah antisipasi jika ada temuan kasus berat.

"Saat ini masih relatif aman walaupun ada peningkatan jumlah kasus tapi ini kasus-kasus yang kita anggap ringan. Kalau kasus berat pasti akan kita rujuk, dan ini akan terus kita koordinasikan dan kita pantau secara ketat," pungkas Mary.

Perlu diketahui polusi udara merupakan faktor risiko kematian kelima tertinggi di Indonesia setelah hipertensi, gula darah, merokok, dan obesitas.*