Jenderal Itu Contoh Laki-laki

Jenderal Sudirman sosok penyayang istri

Jenderal Itu Contoh Laki-laki
Buku berjudul Soedirman & Alfiah: Kisah-kisah Romantis Panglima Besar Jenderal Soedirman / penulis, E. Rokajat Asura ; penyunting, Tantrina Dwi Aprianita 

Satu saat dia pulang membawa bungkusan Penasaran, istrinya bertanya..  

’Apa yang Bapak bawa?’’ tanya si istri.

‘’Baju dan bedak, Bu. Soalnya kalau ada serangan udara, semua toko bakal tutup,’’ jawab suami seraya membuka bungkusan yang ia beli.

Diserahkannya baju dan kotak-kotak bedak itu.

‘’Buat apa bedak sebanyak itu?’’

‘’Biar bagaimana pun, Ibu harus tetap terlihat cantik.’

‘’Tapi satu dus saja bisa untuk sebulan lebih, Pak.’’

Untuk beberapa saat dia terdiam melihat Alfiah, istrinya  memeluk baju barunya.

‘’Kau senang, Bu?’’ tanya si  suami

Alfiah hanya mengangguk sambil sibuk menyeka air matanya.

Soedirman dan Siti Alfiah. Foto: Ist

Potongan kisah diatas adalah dialog antara Panglima Besar Soedirman dengan istrinya Siti Alfiah 

Bukan hanya singa di medan perang, Pak Dirman juga dikenal sebagai seorang sosok penyayang.. 

Sebaliknya…
Dukungan dan pengabdian Ibu Alfiah terhadap prinisp dan perjuangan Pak Dirman menjadi sumber obor perjuangan suaminya..

Suatu waktu, tercatat pada 17 Desember 1948, Dirman yang tengah sakit paru paru hingga muntah darah itu tiba-tiba bisa bangkit dari tempat tidur 

Awalnya Dirman mengambil cuti, namun tidak bisa karena benar saja dua hari kemudian Belanda menyerang,sehingga ia batal cuti.

Meski begitu, Alfiah tetap mendukung Dirman untuk menjalani tugasnya. 

Sikap  tulus pembelaan Alfiah inipun menggetarkan nurani seorang Sudirman  hingga ia pernah berkata, 

‘’Kau menghabiskan seluruh waktu untuk mengurus anak-anak dan rumah tangga. Penghargaan apa yang sepantasnya kau terima bu ? Tetapi kalaupun ada, tampaknya aku tak akan sanggup mengabulkannya.’’

Alfiah pun membalas ungkapan tersebut dengan jawaban

‘’Aku menghabiskan seluruh waktu untuk anak-anak dan rumah tangga, tetapi Bapak menghabiskan seluruh waktu untuk bangsa dan negara. Maka, kalaupun ada penghargaan yang aku terima, aku akan serahkan penghargaan itu kepadamu, Pak.’’

‘’Sebab tugas dan tanggung jawab Bapak jauh melampaui kemampuan Bapak sendiri. Aku masih bisa istirahat di antara waktu anak-anak istirahat, tetapi Bapak hampir tak bisa istirahat di antara waktu para prajurit istirahat.’’

Demikian lah rumah tangga pasangan Dirman dan Alfiah yang bisa diteladani dan merupakan cermin rumah tangga yang membawa berkah, perpaduan sikap hidup yang saling pengertian dan menanggung beban bersama. 

Bagi Dirman, sosok Siti Alfiah adalah  sumber inspirasi dan penyemangat dalam meneguhkan pendiriannya.

Alfiah adalah perempuan Jawa yang  memegang tradisi Jawa dalam melayani suami.

Keduanya saling memperlakukan dengan baik dan menyadari posisinya sebagai suami dan istri. Seperti diungkap Pak Dirman pada Alfiah 

’Kebahagiaan membuatmu tetap manis, cobaan membuatmu kuat, kesedihan membuatmu tetap menjadi manusia, kegagalan membuatmu tetap rendah hati,’’ begitu kata Dirman kepada istrinya.

Di kali lain, rasa syukur mempunyai  istri seperi Alfiah juga segala hal yang pernah terjadi dalam hidupnya dingkupkan secara terbuka 

‘’Aku merasa bangga, Bu. Bangga sekali setiap merenungkan perjalanan hidupku, sejak kecil sampai aku menikahimu.’’

‘’Gusti Allah selalu memberikan jalan yang sederhana. 

Coba kau bayangkan, aku bisa dekat dengan alam, dengan anak-anak, dengan prajurit, dengan rakyat. 

Dari merekalah aku menemukan pikiran-pikiran yang sederhana.’’

‘’Dalam rasa senang dan kesederhanaan itu, aku merasa kok rasa-rasanya tugasku sudah selesai.’’

Seakan benar merasakan firasatnya akan ‘selesai’ masa tugasnya,  maka di detik-detik sebelum kematiannya memanggil, Dirman juga tidak lupa akan cintanya pada Sang Pencipta.

Kala itu, Dirman memanggil istri dan anak-anaknya, seraya berkata, 

‘’Bu, aku sudah tidak kuat. Titip anak-anak. Tolong aku dibimbing tahlil.’’

Subhanallah…Maha Suci Engkau Ya Allah 

**
Empat potongan kisah inilah yang membuatku kagum tak henti pada seorang sosok Panglima Sudirman dengan keluarganya…

Membaca kisah romantisme perjuangan yang dibukukan  dalam  buku Soedirman & Alfiah : kisah-kisah romantis Panglima Besar Jenderal Soedirman ini membawa pembaca pada sudut lain yang kerap tidak terekspose bagi manusia paripurna seperti dia 

Dia bukan Don Juan, dia laki laki sederhana yang bertanggung jawab bukan hanya pada istri dan keluarganya 

Lebih dari itu , totalitas  pengabdiannya pada bangsa dan negaranya yang diungkapkan jelas dalam  pidatoya dihadapan Laskar TKR di 1946

“Saudara-saudara yang siap sedia membela kemerdekaan 100%! 

Saya sangat gembira akan dibentuknya volksfront. 

Tentara timbul tenggelam dengan negara. Pemimpin negara boleh berganti, kabinet pun boleh berganti tiga bulan sekali. Namun tentara tetap berjuang terus bersama rakyat sampai kemerdekaan tercapai 100%. 

Lebih baik di-atoom sama sekali daripada tak merdeka 100%,” ujar Soedirman, seperti dikutip dari harian Kedaulatan Rakjat, 6 Januari 1946.

**

Akhirnya .. aku cuma bisa berbisik lirih.. maafkan kami Jendral bila cita citamu belum bisa terwujud dalam perjalanan bangsa, karena masih banyak yang tersesat dan menyestkan diri..

Yang kami janjikan cuma satu kami tidak akanberhenti berjuang untuk wujudkan… 

Semoga Allah SWT terus memberikan berkah pada bangsa ini bangsa Indonesia …

Adi Ketu.