Jabodetabek Surplus Daging Kurban, 9 Daerah di Jawa Malah Defisit
MONDE--DKI Jakarta berpotensi menghasilkan 22 ribu ton daging kurban pada Idul Adha tahun ini. Padahal kebutuhan mustahik di Jakarta hanya sekitar seribu ton, sehingga terdapat potensi surplus 21 ribu ton daging di Jakarta.
Selain Jakarta, daerah yang berpotensi mengalami surplus daging kurban adalah Bogor Raya, Depok dan Bekasi Raya (11 ribu ton), Bandung Raya (6 ribu ton), Tangerang Raya (5 ribu ton), dan Surabaya Raya (5 ribu ton).
Hal itu dikatakan Peneliti Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Askar Muhammad, dalam diskusi hasil riset yang bertajuk ‘Ekonomi Kurban 2021’ pada Rabu, (14/7/2021).
“Terjadinya surplus daging kurban karena kelas menengah-atas muslim terkonsentrasi di perkotaan utamanya di pulau Jawa, maka potensi kurban terbesar diperkirakan datang dari wilayah-wilayah ini,” ungkap Askar.
Dikatakannya pula, sembilan dari 10 wilayah defisit daging kurban terbesar berada di pulau Jawa, yaitu Garut (-1.96 ribu ton), Cianjur (-1.91 ribu ton), Brebes (-1.62 ribu ton), Grobogan (-1.33 ribu Ton), Jember (-1.3 ribu ton), Pamekasan (-1.24 ribu ton), Probolinggo (-1.13 ribu ton), Cirebon (-1.13 ribu ton), Bangkalan (-1.07 ribu ton).
“Sembilan dari sepuluh daerah paling defisit daging kurban didominasi oleh daerah pedesaan Jawa, satu daerah yang berada di luar Jawa yaitu Kabupaten Bone dengan defisit sebesar 1.070 ton,” katanya.
Dia menilai banyaknya daerah defisit kurban berada di Jawa terjadi karena jumlah mustahik atau masyarakat bawah di daerah tersebut lebih banyak dibanding potensi Pekurban atau Shohibul Qurban yang diproyeksikan.
Dia menambahkan, kesenjangan antara potensi dan kebutuhan daging kurban ini menimbulkan potensi distribusi kurban yang tidak merata. Dengan demikian, terdapat potensi mismatch yang besar dalam penyaluran daging kurban jika tidak dilakukan rekayasa sosial.
“Tanpa rekayasa sosial, distribusi daging kurban berpotensi hanya beredar di wilayah yang secara rata-rata konsumsi daging-nya justru sudah tinggi,” tutur Askar.
Dari fakta potensi daerah surplus-minus kurban ini, maka program pendistribusian hewan kurban keluar dari daerah asal shahibul qurban yang banyak dilakukan lembaga amil zakat saat ini adalah tepat dan positif.
Pada kesempatan yang sama Ketua Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa 2021 Ahmad Faqih Syarafaddin mengatakan, sejak tahun 1994 lembaganya telah melakukan program distribusi hewan kurban dari daerah surplus ke daerah defisit.
“Program THK Dompet Dhuafa memprioritaskan penerima manfaat di seluruh Indonesia, terutama masyarakat di daerah terluar, terpencil, dan tertinggal serta daerah lain yang kerap defisit daging kurban saat Idul Adha,” ujar Ahmad Faqih.
Faqih mengungkapkan fakta lapangan yang ditemukan lembaganya ada daerah di indonesia yang masyarakatnya hanya satu tahun sekali mengkonsumsi daging. Bahkan ada daerah di pulau Manipa-Ambon selama tujuh tahun tidak pernah mengkonsumsi daging.
“Mungkin bagi yang tidak pernah turun ke lapangan tidak percaya hal tersebut, tetapi kami benar-benar menemukannya dan daerah seprti ini yang menjadi sasaran distribusi kurban kami,” kata Faqih.
Tahun ini Dompet Dhuafa menargetkan kenaikan penghimpunan kurban THK sebesar 20 persen dibandingkan penghimpunan pada 2020. Jumlah tersebut setara dengan 52.480 ekor hewan kurban yang berupa domba dan kambing.
“Kami tetap optimis dengan target yang telah disepakati, apalagi kebutuhan pemerataan distribusi kurban sangat urgent terutama pada masa pandemi ini,” tutup Faqih.(*/)