Intani Ajak Milenial Terjun ke Pertanian, Dari Hulu Hingga Hilir
MONDE–Meski dihantam pandemi Covid-19, sektor pertanian tak tergoyahkan dan menjadi andalan dalam menopang pertumbuhan perekonomian nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Triwulan II/2021, Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian mengalami pertumbuhan tertinggi di antara semua sektor lapangan usaha, yakni tumbuh sebesar 12,93 persen.
Dengan pertumbuhan positif tersebut diharapkan semakin memancing minat anak-anak muda Indonesia agar tidak lagi ‘alergi’ menjadi pelaku usaha di sektor pertanian, sekaligus pula menjadi regenerasi petani untuk masa depan.
Hal itu dikatakan Ketua Umum Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani), Guntur Subagja Mahardka, di hadapan peserta webinar Inspirasi Bisnis ke-37 bertajuk “Strategi Mengolah Buah Menjadi Rupiah”, Rabu (1/9/2021)
“Kalau tidak diantisipasi dikhawatirkan negara kita akan menghadapi kelangkaan petani. Harus dari sekarang menciptakan regenerasi, utamanya petani milenial. Merekalah yang nantinya akan bergiliran menjadi ujung tombak ketahanan pangan nasional,” katanya.
Menurut data yang diungkap Guntur, saat ini jumlah petani milenial berusia di bawah 25 tahun hanya 0,9 persen, usia di bawah 40 tahun sebanyak 29 persen. Terbanyak adalah petani yang usianya 40 hingga 65 tahun.
“Data tersebut sepertinya sinyal ancaman bagi industri pertanian di Indonesia. Oleh karena itu kita harus mendorong anak-anak muda untuk terjun ke pertanian, dari hulu hingga hilir,” ujar Guntur yang juga Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI.
Dia menegaskan, terjun ke sektor pertanian tidak harus berkotor-kotor dan berlumpur. Petani itu bukan hanya menanam padi dan mengurusi perkebunan jagung. Jadi petani pun tidak harus setiap subuh pergi mencangkul di sawah, lalu setelah zuhur kembali ke rumah. Bukan itu. Itu hanya budaya beraktivitas.
“Budidaya inilah yang kerap dipersepsikan minor, petani dicitrakan kotor dan miskin. Padahal riilnya tidak seperti itu. Terbukti 10 orang terkaya di Indonesia hampir semuanya dari sektor pertanian,” beber Guntur.
Dia menjelaskan, selain di budidaya, adapula aktivitas pertanian di pasca panen. Misalnya saat panen padi diawali dengan pengeringan, disimpan di lumbung gabah, lalu diproses menjadi beras. Kalau buah-buahan diawali dengan pembersihan, kemudian diproses menjadi aneka buah olahan.
Menurut Guntur, di pasca panen inilah sangat cocok ditekuni oleh para milenial, karena membutuhkan tenaga muda yang trampil, kreatif, berinovasi dan mahir teknologi. Petani milenial dinilai lebih memiliki potensi membangun pertanian modern (smart farming).
Dia menambahkan, sektor lainnya yang juga berpotensi dikembangkan oleh petani milenial adalah logistik. Ke depannya sektor ini harus dijadikan rantai pasok yang terintegrasi dengan pertanian, agar sektor logistik tidak berbiaya besar, dan tidak terjadi kelangkaan kontainer dan kroditnya transportasi pengiriman.
Pemerintah sudah memulai, salah satunya membangun tol laut yang manfaatnya untuk melancarkan pengiriman dan memperluas jaringan pemasaran produksi hasil pertanian, perkebunan atau peternakan, dari satu daerah ke daerah lainnya. Seperti pengiriman sapi dari NTB dan NTT ke Jakarta.
“Terbukti logistik menjadi rantai pasok utama di sektor pertanian, terlebih di saat pandemi Covid-19 ini, gaya hidup masyarakat berubah, berdiam diri di rumah. Jasa logistik tentunya sangat diandalkan. Bahkan bus-bus AKAP saja lebih banyak mengangkut barang ketimbang penumpang,” kata Guntur.
Secara khusus Guntur mengapresiasi Rio Erlangga, petani milenial yang dihadirkan dalam webinar Intani. Lelaki 35 tahun ini dinilai berani memutuskan alih profesi, dari pekerja kantoran yang berada di zona nyaman, kini menjadi pelaku usaha pertanian.
“Luar biasa Rio. Dalam waktu relatif singkat, dari 2016 masuk ke hulu pertanian, kemudian ekspansi ke trading dan industri. Model inilah yang harus diperlihatkan kepada para calon petani milenial, termasuk juga ke pemerintah,” demikian Guntur.
Di webinar series yang dipandu Ila Failani juga terpantau sejumlah praktisi pertanian, serta petani dari berbagai daerah di Indonesia, dan mantan Anggota DPR RI Dedi ‘Miing’ Gumelar.(amr)