Indonesia Jadi Anggota Badan Eksekutif UNESCO
Terpilihnya Indonesia di Badan Eksekutif UNESCO sangat strategis bagi kepentingan nasional.
MONDE--Indonesia berhasil terpilih kembali sebagai Anggota Badan Eksekutif Organisasi PBB untuk Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO) periode 2017-2021 pada pemilihan yang berlangsung saat Sidang Umum ke-39 di Markas Besar UNESCO, di Paris, Prancis.
Alternat Delegasi Tetap Indonesia untuk UNESCO, TA Fauzi Soelaiman, Kamis, mengatakan, Indonesia sebelumnya juga pernah menjadi angora Badan Eksekutif ini pada 2011-2015. Kemudian Indonesia turun dari keanggotannya untuk memberikan kesempatan negara lain Asia Pasifik menjadi anggota Badan Eksekutif UNESCO, ujarnya.
Menurut Soelaiman, pemilihan dilakukan di pagi hari Rabu (28/10/2020) saat Delegasi Tetap Indonesia untuk UNESCO, Hotmangaradja Pandjaitan, memasukkan kertas suara untuk keenam group yang ada di UNESCO.
Indonesia yang termasuk dalam Grup IV (Asia Pasifik) bertarung bersama enam negara lain untuk menempati enam kursi yang dialokasikan untuk Grup IV. Negara lain yang mengikuti pemilihan dari Grup IV ini adalah China, Jepang, India, Filipina, Bangladesh, dan Kepulauan Cook.
Hasil dari pemilihan ini langsung diumumkan Rabu sore hari waktu Paris atau tengah malam di Indonesia dalam rapat pleno.
Dari tujuh negara calon pada Grup Asia Pasifik ini, Indonesia berada dalam urutan ketiga dengan, urutan perolehan suara sebagai berikut: Jepang (166), India (162), Indonesia (160), Filipina (157), China (155), dan Bangladesh (144). Kepulauan Cook hanya mengantongi 91 suara sehingga tidak berhasil terpilih.
Terpilihnya Indonesia di Badan Eksekutif UNESCO sangat strategis bagi kepentingan nasional mengingat negara-negara anggota Badan ini mempunyai kesempatan untuk lebih menyuarakan kepentingannya dan ikut menentukan putusan-putusan UNESCO dalam bidang yang ditangani UNESCO yaitu: pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, serta komunikasi dan informasi.
Badan Eksekutif yang terdiri dari 58 negara biasanya bertemu dua kali setahun untuk merumuskan program dan budget UNESCO yang kemudian hasilnya diserahkan ke Sidang Umum yang beranggotakan 195 negara untuk disetujui bersama.
Keanggotaan ini merupakan keanggotaan Indonesia yang ke-delapan setelah Indonesia bergabung di UNESCO sejak tahun 1950. Perolehan 160 suara pada pemilihan kali ini atau masuk dalam tiga besar dalam Grup Asia Pasifik ini menunjukkan Indonesia sangat penting untuk berkiprah di Badan Eksekutif UNESCO.
Untuk menjadi anggota Badan Eksekutif ini, Indonesia sudah mengajukan minatnya sejak awal 2016. Indonesia juga mengadakan berbagai acara, yaitu memamerkan hasil proyek Indonesian Funds in Trust (IFIT), pembagian buku anak-anak mengenai Komodo dalam tiga bahasa kepada seluruh delegasi dan staf sekretariat UNESCO, penyerahan empat karya seni Indonesia ke UNESCO, dan Pembukaan Klub Pencak Silat di UNESCO yang semuanya dilakukan pada Oktober.
Indonesia juga mengadakan pendekatan secara pribadi dengan mendatangi maupun menyurati seluruh delegasi tetap UNESCO.
Selain mengadakan makan siang bersama dengan beberapa negara di UNESCO. Pendekatan kantor perwakilan Indonesia di berbagai negara dilakukan secara intensif akhirnya membuahkan hasil. Indonesia tidak hanya berhasil masuk ke Badan Eksekutif UNESCO, tetapi juga menempati urutan ketiga dalam pemilihan di Grup Asia Pasifik ini.
"Terpilihnya Indonesia sebagai anggota EB UNESCO akan memberi ruang strategis bagi Indonesia untuk berkontribusi menentukan standard setting yang dilakukan UNESCO," kata Pandjaitan.(ant)