Idul Fitri 1446 H: Momentum Kefitrahan Bagi Oligarki dan Koruptor?

Momen Idul Fitri ini juga dapat menjadi titik balik dalam pemberantasan praktik oligarki dan korupsi yang semakin merajalela di negara kita

Idul Fitri 1446 H: Momentum Kefitrahan Bagi Oligarki dan Koruptor?
Syahrul Amin Nasution, Dosen Univ.PTIQ Jakarta
  • Oleh : Syahrul Amin Nasution,
    Dosen Univ.PTIQ Jakarta.

الله اكبر  الله اكبر   الله اكبر     لا اله الا الله والله اكبر    الله اكبر ولله الحمد.

MONDE - Idul Fitri 1446 H / 2025 M merupakan momen yang sangat dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia.

Selain sebagai perayaan kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, Idul Fitri 1446 H / 2025 M juga menjadi waktu bagi setiap individu untuk merefleksikan perjalanan hidup dan memperbaiki diri.

Namun, di tengah kegembiraan tersebut, muncul pertanyaan penting: apakah momen Idul Fitri ini juga dapat menjadi titik balik dalam pemberantasan praktik oligarki dan korupsi yang semakin merajalela di negara kita?

Allah Swt melarang dan mengharamkan oligarki dan korupsi sebagaimana firman Nya :
ولاتأكلوااموالكم بينكم بالباطل وتدلوابهاالىالحكام لتأكلوافريقامن أموال الناس بالاسم وانتم تعلمون (البقرة: ١٨٨)

Artinya :
"Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah)menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa,padahal kamu mengetahuinya" ( Q.S.Al Baqarah: 188 )

Selama bertahun-tahun, Indonesia telah menghadapi masalah yang tak kunjung tuntas: oligarki dan korupsi. Para elit politik, pengusaha besar, serta oknum-oknum yang berada di kekuasaan sering kali memanfaatkan posisi mereka untuk memperkaya diri sendiri, mengabaikan kepentingan rakyat banyak.

Dalam hal ini, Idul Fitri bisa menjadi simbol kebangkitan moral dan spiritual, sebuah kesempatan untuk membersihkan hati dan pikiran. 

Namun, apakah mereka yang berada di puncak kekuasaan benar-benar memanfaatkan momentum tersebut untuk memperbaiki diri, atau justru semakin memperdalam praktek buruk mereka?

Dalam setiap khutbah Idul Fitri, para khotib sering mengingatkan pentingnya kesucian hati dan kejujuran dalam kehidupan. 

Spiritualitas yang diusung pada Idul Fitri seharusnya bisa menyentuh semua lapisan masyarakat, termasuk mereka yang memiliki kekuasaan. 
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak oknum yang justru menggunakan kekuasaan mereka untuk memperkaya diri sendiri dan menindas yang lemah.

Tak jarang, kekuasaan tersebut juga digunakan untuk menutupi praktik-praktik korupsi yang merugikan rakyat banyak. Rasulullah Muhammad SAW melarang dan mengharamkan korupsi sesuai dengan hadits nya :

"Sesungguhnya darah,harta, dan kehormatan saudara kalian itu haram bagi kalian" (H.R.Bukhari no.1739 dan Muslim no.1679)

Idul Fitri 1446 H / 2025 M seharusnya menjadi momentum bagi oligarki untuk merefleksikan kembali kepentingan pribadi yang mereka perjuangkan selama ini.

Semangat berbagi yang merupakan inti dari perayaan hari raya ini dapat menjadi pengingat bagi mereka yang berada di puncak kekuasaan untuk tidak hanya memperjuangkan kepentingan kelompok tertentu, tapi juga untuk kepentingan bangsa dan negara secara keseluruhan.

Mungkin sudah saatnya bagi mereka untuk mengubah pola pikir yang terlalu berorientasi pada kekayaan pribadi dan mendahulukan kepentingan rakyat yang mereka wakili.

Bagi para koruptor, Idul Fitri 1446 H / 2025 M juga bisa menjadi kesempatan untuk merenungkan dosa-dosa yang telah mereka lakukan.  Pesta dan kemewahan yang sering kali disambut dengan kemeriahan, bisa jadi adalah simbol dari kegagalan moral yang jauh dari ajaran agama.

Dalam Islam, kejujuran dan keadilan adalah prinsip dasar yang harus diterapkan dalam segala aspek kehidupan. Korupsi yang merugikan negara dan rakyat seharusnya dapat dihentikan, terutama jika para pelakunya merasa tergerak oleh semangat Idul Fitri untuk bertobat dan memperbaiki diri.

Di sisi lain, masyarakat juga memiliki peran penting dalam momentum Idul Fitri ini. Sebagai warga negara yang peduli, kita harus terus mendorong dan mengawal para pemimpin untuk bertanggung jawab atas kebijakan yang mereka buat.

Idul Fitri 1446 H / 2025 M bisa menjadi panggilan moral bagi kita semua untuk tidak hanya mencari kepuasan pribadi, tetapi juga untuk menuntut keadilan sosial dan transparansi.

Kita harus percaya bahwa perubahan dimulai dari diri kita sendiri, dan kita memiliki peran dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik.

Akhirnya, Idul Fitri 1446 H / 2025 M seharusnya menjadi momen kefitrahan, baik bagi individu maupun bagi negara.

Ini adalah waktu untuk bersih-bersih, baik secara fisik maupun moral. Bagi para oligarki dan koruptor, Idul Fitri bisa menjadi saat yang tepat untuk merefleksikan kembali tindakan mereka dan menebus dosa yang telah dilakukan.

Untuk negara, ini adalah peluang untuk memastikan bahwa kepentingan rakyat diutamakan di atas segalanya, bukan hanya kekuasaan dan keuntungan pribadi.

Semoga Idul Fitri 1446 H / 2025 M kali ini bisa menjadi titik awal perubahan bagi Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.

الله اكبر  الله اكبر  الله اكبر    لا اله إلا الله والله اكبر    الله اكبر ولله الحمد.