Depok Juara Covid-19
Sontak cinta Kang Emil mendadak berpaling ke Depok
Oleh: Suryansyah
Sekjen Siwo PWI Pusat
DEPOK - Cinta Ridwan Kamil terhadap Persib tak terhingga. Beragam cara dilakoninya. Tak hanya nazar plontoskan kepala. Telanjang dada pun 'dijabani'. Sekalipun dihadapan Presiden Jokowi. Edan..!
Kang Emil - begitu dia disapa- bukan menantang. Spontan luapan kegembiraan. Dia larut dalam euforia. Persib juara!
Saya melihatnya dengan mata terpanah. Pun puluhan ribu mata di Stadion Bung Karno Senayan, Jakarta, pada 18 Oktober 2015.
'Pangeran Biru' tampil paripurna. Sriwijaya FC diperdaya 2-0. Di laga pamungkas Piala Presiden. Zulham Zamrun jadi bintang idola. Dia donasikan 6 gol. Terbanyak di turnamen tersebut.
Kang Emil makin 'menggila'. Tawanya begitu renyah. Teriakannya memecah langit. Dia larut bersama bobotoh. Semua itu terjadi mengalir begitu saja. Lepas.
Ketika itu Kang Emil menjabat Wali Kota Bandung. Perhatian terhadap warganya luar biasa. Bahkan dia dikenal sebagai pencinta Persib nomor satu.
Kini Kang Emil naik pangkat. Jadi Gubernur Jawa Barat yang membawahi 27 kabupaten kota. Luas wilayahnya: 35.377,76 km2. Tentu dengan tugas yang makin berat.
Cinta Kang Emil pun mendadak berpaling ke Depok. Kota yang sepak bolanya datar-datar saja. Depok bukan Bandung, markas Persib. Mungkin malah lebih banyak Jakmania ketimbang Bobotoh. Maklum Depok lebih dekat di bibir Jakarta.
Tapi cinta Kang Emil terhadap Depok berbeda. Bukan karena sepak bola. Bukan lantaran Persikad yang akan berlaga di Liga 3. Tapi ini: Depok juara covid-19 se-Jawa Barat!
Berdasarkan data pikobar, Depok memimpin di puncak klasemen. Tercatat 4.898 kasus positif, 3.363 sembuh, dan meninggal 141. Kota Bekasi di posisi kedua dan menyusul Kabupaten Bogor.
"Hari ini kita membawa banyak bantuan, semata-mata karena cinta kepada Kota Depok," kata Ridwan Kamil.
Kang Emil mulai berkantor di Depok pada Jumat (2/10) lalu. Tidak setiap hari. Seminggu sekali. Tapi, waktunya bisa kapan saja. Kang Emil bukan hanya ingin mengeluarkan Depok dari zona merah. Tapi juga 'mendegradasikan' Depok dari posisi puncak.
Kang Emil akan memaksimalkan koordinasi dalam penanganan pandemi global Covid-19. Langkah berikutnya meninjau fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Depok dan Rumah Sakit (RS) Citra Medika Depok.
Bukti lain cinta Kang Emil?
Dia datang membawa 'ole-ole'. 6 unit ventilator dan alat kesehatan untuk 6 rumah sakit di Kota Depok. Yakni RSUD Kota Depok, RS Meilia Cibubur, RSU Bunda Margonda, RS Hermina, RSU Hasanah Graha Afiah (HGA), dan RS Sentra Medika Cisalak.
Pokoknya lengkap. Kang Emil juga bawa rapit test antigen 3.000 pcs, rapid test antibodi 2.000 pcs, lancet 23G 2.000 pcs, sarung tangan 400 pcs, safety box 40 pcs, APD coverall 500 pcs, Oseltamivir 10.000 tab, dan UTM 2.000 pcs.
Tapi cinta Kang Emil membuat ada pihak yang kebakaran jenggot. Ditafsirkan berbeda. Anggota DPR RI, Mahfudz Abdurrahman, misalnya. Kader PKS ini 'mencium' aroma politik. Maklum, Desember nanti digelar Pilkada serentak. Termasuk di Depok. Menurutnya Kang Emil tak perlu ngantor di Depok.
Sah-sah saja berpendapat. Tapi tidak perlu 'parno'. Tergantung dari sudut mana memandang. Sebagai Gubernur dia berhak berkantor di mana saja. Kang Emil tentu sudah koordinasi dengan Menteri Dalam Negeri sebagai atasannya.
Saya analogikan Kang Emil sebagi orang tua dan Depok anaknya. Ini bentuk kasih sayang dari seorang bapak terhadap anaknya. Orang tua patut membimbing anaknya. Apalagi anaknya tengah menghadapi 'masalah' besar. Tidak berlebihan jika kehadirannya sebagai bentuk perhatian. Kebetulan Depok masuk zona merah.
Buktinya: 11 kecamatan di Kota Depok, sudah terkepung virus corona. Tertinggi di Kecamatan Cilodong dengan 174 kasus positif. Diikuti Kecamatan Cimanggis 173 kasus.
Ini indikasi kegagalan Wali Kota Depok sebagai Kepala Gugus Tugas. Belum mampu membendung angka penambahan kasus baru positif. Pun penemuan baru dari OTG (Orang Tanpa Gejala).
Menurut saya, sebagai daerah penyangga Kota Jakarta dan perbatasan dengan Bogor- pintu keluar masuk Kota Depok patut diperketat. Tidak cukup dengan himbauan lewat surat edaran.
Saya melihat Kampung Siaga juga tidak maksimal. Masih banyak warga yang tidak patuh. Tidak memakai masker. Kongkow kongkow di pusat keramaian. Butuh tim khusus dan serius untuk memantau pergerakan warga.
Disiplin memang menjadi kunci utama pencegahan dan penyebaran. Tapi, ketegasan seorang pemimpin mutlak dibutuhkan. Apalagi saat ini petahana Wali Kota dan Wakilnya tengah cuti untuk Pilkada 2020. Meski ada petugas Gugus Tugas tapi raung geraknya tidak maksimal.
Anda ingin membantu mengurangi atau menambah kasus baru Covid-19? Tergantung diri Anda. Ada beberapa hal yang patut diketahui. Biasakan hidup bersih dan sehat. Menerapkan physical distancing. Jangan lupa pakai masker!
Kelihatannya memang sederhana. Tapi, prakteknya tidak mudah. Mungkin karena masyarakat sudah gerah terkurung sejak April silam.
Dimana letak kegagalannya? Bukan untuk mencari kesalahan. Tapi, mari sama-sama evaluasi. Termasuk diri kita sendiri.
Disadari atau tidak, Covid-19 berdampak buruk pada kesehatan mental masyarakat. Itu tak bisa dihindari. Berdasarkan survei Puslitbangkes Kemenkes pada 2020, sekitar 6,8 persen masyarakat Indonesia mengalami gangguan cemas. Dari angka tersebut, 85,3 persen di antaranya tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri.
Itu lantaran masifnya informasi hoaks, stigma, sampai tingginya angka kematian. Belum lagi ketidakjelasan kapan covid-19 berakhir. Belum adanya vaksin, isu isolasi sosial, stigma, kehilangan pekerjaan, dan perubahan cara belajar mengajar, membuat masyarakat seperti dalam 'penjara'. Disatu sisi mereka butuh nafkah.
Inlah alasan Kang Emil harus berkantor di Depok. Dia ingin 'mendegradasikan' Depok dari status sang juara. Jadi tak perlu diperdebatkan cintanya. Cinta Kang Emil terhadap Persib setara dengan Depok.
Selamat bertugas Kang Emil!*