CSPS SKSG UI: Mari Bangkit dan Berdamai Dengan Situasi Pandemi
MONDE--Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) mengajak masyarakat berdamai dengan situasi di tengah pandemi covid-19.
Dengan sikap damai akan mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga masyarakat tetap produktif, terus berkarya membangun bangsa sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
Seiring dengan itu, bersama pemerintah berjuang mengatasi pandemi dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat, agar Indonesia lolos dari krisis berkepanjangan yang melanda dunia.
Demikian kesimpulan Webinar Podcast Strategic Policy CSPS UI bertajuk “Refeleksi 76 Tahun Indonesia Merdeka: Bangkit dari Pandemi”, Rabu (18/8/2021) sore.
Webinar menampilkan narasumber Dr Athor Subroto (Direktur SKSG UI), dan para peneliti CSPS UI: Dr Nyoman Astawa, Dr (C) Marlon C Kansil, dan Dr (C) Yanuardi Syukur.
Senimar yang dipandu moderator dan host dari peneliti CSPS SKSG UI Muhammad Hamdani dan Ajeng Pramastuti itu, turut memberikan sudut pandang Prof Dr Gunawan Sumodiningrat (Guru Besar Universitas Gadjah Mada/UGM), Prof Dr Nurdiono (Guru Besar Universitas Lampung/Unila), dan politisi yang juga komedian Dedi Miing Gumelar.
“Kita harus berdamai dengan situasi, bukan berdamai dengan virus covid-19. Kita harus maju terus, tidak boleh berputus asa dan masalah dapat diatasi tergantung respon kita,” ungkap Direktur SKSG UI Dr Athor Subroto.
Athor mengapresiasi langkah pemerintah yang mampu menekan laju penyebaran virus covid-19 dan perbaikan sejumlah indikator ekonomi, antara lain pertumbuhan ekonomi triwulan II yang melampaui 7 persen. “Namun kita harus tetap waspada, karena pertumbuhan ekonomi kita dorong oleh konsumsi, sementara daya beli masyarakat mengalami penurunan,’ tutur doktor ekonomi ini.
Ketua CSPS SKSG UI, Guntur Subagja, melihat krisis pandemi covid dapat dijadikan momentum untuk mengoreksi strategi dan kebijakan menyesuaikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam satu setengah tahun terakhir ini. Salah satunya adalah perlu mengubah strategi pembangunan dengan memperkuat potensi desa sebagai kekuatan ekonomi dan ketahanan nasional.
“Desa adalah benteng pertahanan terakhir Indonesia, saatnya kita membangun Indonesia dari desa,” katanya.
Ia menambahkan, desa jangan hanya menjadi obyek pembangunan, tetapi harus berperan aktif sebagai subyek pembangunan. “Bila desa-desa maju dan kuat akan melahirkan Indonesia yang maju dan kuat.”
Guntur Subagja yang juga Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI memaparkan kebijakan pembangunan Presiden Joko Wiodo yang fokus pada sumber daya manusia, infrastruktur, penyederhanaan regulasi, reformasi birokrasi, dan transformasi ekonomi.
Untuk mendukung itu, Wakil Presiden RI Prof Dr KH Ma’ruf Amin melakukan re-focusing tugas pada pengentasan kemiskinan, pemberdayaan UMKM, akselerasi industri halal dan ekonomi syariah, reformasi birokrasi, deradikalisasi, dan pembangunan kesejahteraan papua.
Ia menyoroti pentingnya memperkuat ekonomi kerakyatan yang berbasis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pasalnya, selama ini UMKM memiliki daya tahan tinggi di tengah krisis. Untuk itu, struktur UMKM harus diperkuat dengan menaikkan usaha-usaha mikro menjadi usaha kecil, dan usaha kecil menjadi usaha menengah.
“Dari 64 juta UMKM yang ada di Indonesia, sebanyak 97 persen adalah usaha mikro yang mempekerjakan sekitar 107 juta orang. Ini yang harus didorong menjadi usaha kecil yang mandiri dan maju,” paparnya.
Peneliti CSPS UI Dr Nyoman Astawa mengajak semua pihak untuk kembali kepada jatidiri bangsa Indonesia dengan memperkuat nilai-nilai Pancasila, kebangsaan, serta persatuyan dan kesatuan Indonesia. Pandemi covid-19 merupakan momentum untuk merekatkan kembali nilai-nilai persatuan, berjuang bersama mengatasi pandemi.
Sementara peneliti Dr Yanuardi Syukur menilai karakter dan budaya bangsa Indonesia yang mengusung asas gotong royong merupakan kekuatan besar untuk membangkitkan Indonesia dari berbagai terpaan krisis dan tantangan ke depan.
Marlon C Kansil, yang juga peneliti CSPS UI, mengkritisi para politisi yang dinilainya tidak memiliki kepekaan terhadap krisis. Dia menganalisis tren yang muncul di media dan sosial media pada semester pertama 2021, isu-isu politik justru mengemuka di tengah pandemi covid-19, baik berupa masalah partai politik maupun figur politisi.
“Semua berorientasi pada 2024, padahal saat ini kita sedang mengalami krisis yang harus segera diatasi,” ungkap Marlon Kansil. Hal serupa disampaikan politisi Dedi Miing Gumelar. Ia menyebut banyak elit yang kurang memiliki kepedulian terhadap krisis.
Guru Besar UGM Prof Dr Gunawan Sumodiningrat mengajak pemerintah dan masyarakat membangun desa di tengah krisis pandemi.
“Di tengah pandemi, nilai-nilai luhur Pancasila justru ada di desa-desa. Mereka menghadapi krisis dengan damai dan terus produktif,”paparnya.
Hal senada disampaikan Prof Dr Nurdiono, guru besar Unila. Ia menyebutkan saatnya mengoreksi pembangunan yang semula berbasis kota menjadi pembangunan di desa-desa. “Membangun Indonesia dari perbatasan dan pinggiran merupakan hal yang sangat bagus,”katanya.(kn)