15 Tahun Dipimpin Kader PKS, Kota Depok Amburadul
MONDE--Sudah saatnya masyarakat Depok memiliki pemimpin baru yang mampu membenahi kota ini menjadi lebih baik dan maju. 15 Tahun dipimpin oleh kader PKS, pembangunan di Kota Depok stagnan alias jalan ditempat.
Hal itu dikatakan Babai Suhaemi, Anggota DPRD Depok dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), saat berkunjung ke kantor Media Center Calon Walikota/Wakil Walikota Depok Pradi Supriatna-Afifah Alia di kawasan Depok Jaya, Pancoran Mas, Jumat (30/1/2020).
"Sejak Depok dipimpin oleh kader PKS, baik itu saat dipimpin Nur Mahmudi dan Mohammad Idris, tidak ada pembangunan yang monumental, dan tidak ada yang patut dibanggakan," kata Babai di hadapan ketua Media Center Pradi-Afifah, Amiruddin.
Kegagalan yang disebutkan Babai di antaranya buruknya penataan wilayah, kemacetan yang semakin parah, serta minimnya jalur pedestrian (trotoar) yang ramah bagi pejalan kaki.
Babai pun membeberkan kegagalan lainnya seperti bidang pendidikan, tata kelola pemerintahan, pelayanan birokrasi, infrastruktur jalan, hingga persoalan sosial.
Menurutnya semua kegagalan tersebut sangat krusial, karena itu merupakan kebutuhan masyarakat Depok.
"Warga Depok jangan terbuai dengan pencitraan yang dibungkus bahasa-bahasa religius. Lihat realitanya saja. Di bidang pendidikan, selama pemerintahan Idris tak ada sekolahan dibangun, termasuk sekolah berbasis agama seperti madrasah," ujar politisi dari PKB ini.
Dia menambahkan, sejak 15 tahun sedikit sekali membangun gedung sekolah. Padahal kebutuhan sekolah negeri di Depok sangat tinggi. Itu karena pertumbuhan penduduk Depok terus meningkat tajam.
"Idealnya dengan sistem zonasi seperti sekarang ini, Depok harus punya sekolah menengah negeri di semua kecamatan, termasuk madrasah negeri. Satu-satunya sekolah madrasah negeri hanya ada di Cilodong, itupun peninggalan pemerintah Kabupaten Bogor," ujar Babai.
Anggota Dewan peraih suara terbanyak di Pemilu Legislatif 2019 silam ini juga menyoal buruknya kondisi trotoar di sejumlah ruas jalan di Kota Depok, termasuk di jalan Margonda Raya.
"Amburadul. Tidak ada trotoar yang dibangun secara manusiawi. Di Depok tidak ada jalur pedestrian yang ramah bagi pejalan kaki," ucap Babai.
Persoalan lainnya yang disorot Babai adalah banjir. Pasalnya banjir tidak hanya terjadi di berbagai wilayah pemukiman warga tapi sampai jalan-jalan utama di Kota Depok, seperti Jalan Margonda dan Jalan Arief Rahman Hakim.
"Di era pak Idris, kemacetan dan banjir tidak pernah ada solusinya," kata politisi asli Depok ini.
Alun-alun Kota Depok juga disoal. Menurut Babai, yang dibangun di kawasan GDC bukanlah alun-alun, tapi hanya taman kota. "Pak Idris tidak faham dengan yang dimaksud alun-alun dan fungsinya," katanya.
Masih kata Babai, kegagalan lainnya adalah upaya Pemkot Depok dalam menciptakan suasana Depok yang kondusif dan mengatasi persoalan sosial. "Dari sisi sosial, di Depok ini masih sering terjadi tawuran, prostitusi anak terselubung, dan kasus narkoba," bebernya.
Menurut Anggota DPRD dapil Cipayung, Sawangan dan Bojongsari ini banyaknya pembangunan apartemen di Kota Depok tanpa disertai pedoman dan panduan ketertiban justru menciptakan prostitusi-prostitusi terselubung. Bahkan prostitusi tersebut melibatkan anak usia dibawah umur.
"Banyak pembangunan apartemen. Tapi sayangnya justru menumbuhkan prostitusi-prostitusi terselubung. Jadi harus diwaspadai juga," kata Babai.
Sederet kegagalan tersebut, menurut Babai, perlu dicermati oleh masyarakat Depok. Jangan terbuai oleh pencitraan yang dibungkus propaganda politik yang religius.(syam)