1,5 Juta Warga Turki Kehilangan Tempat Tinggal
MONDE--Seorang pejabat Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Development Programme/UNDP) memperkirakan bahwa 1,5 juta warga di Turki kehilangan tempat tinggal, akibat gempa bumi yang terjadi belum lama ini, dan sekitar 500.000 unit tempat tinggal di negara itu harus dibangun kembali.
Perwakilan residen Turki dari UNDP, Louisa Vinton, menyampaikan hal itu dalam konferensi pers daring pada Selasa (21/2/2023).
Menurutnya, pemerintah negara itu telah menginspeksi sekitar 70 persen bangunan yang terdampak gempa. Dari inspeksi tersebut, 412.000 unit tempat tinggal di 118.000 bangunan telah runtuh atau harus dibongkar sepenuhnya.
Dikatakannya pula, jumlah puing yang harus dibersihkan sangat banyak, dan UNDP berupaya untuk meminimalkan ancaman limbah berbahaya.
Dua pekan setelah rangkaian gempa pertama, ada alasan mengapa gempa bumi itu disebut sebagai bencana alam terbesar dalam sejarah Turki.
Dia menuturkan, pemerintah telah mengakhiri tahap pencarian dan penyelamatan korban untuk rangkaian gempa pertama pada Minggu (19/2), dan penyintas terakhir dievakuasi dari reruntuhan hampir 300 jam pascagempa.
Catherine Smallwood, pejabat kedaruratan senior untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan dalam konferensi pers pada Selasa bahwa penanggulangan risiko penyakit menular saat ini menjadi sangat penting mengingat sejumlah pengungsi hidup dalam kondisi berdekatan dengan satu sama lain, terkadang dengan akses ke toilet dan air bersih yang tidak memadai
"Terdapat peningkatan risiko penyakit pernapasan, kolera, hepatitis A, dan campak," paparnya.
Dalam beberapa pekan terakhir, Provinsi Kahramanmaras di Turki selatan diguncang oleh serangkaian gempa bumi yang magnitudonya berkisar antara 6,4 hingga 7,7.
Rentetan gempa itu juga mengguncang beberapa wilayah di Suriah. Secara keseluruhan, diperkirakan 47.000 orang tewas di kedua negara tersebut, menurut sejumlah laporan media.(xinhua)